Air Terjun Madakaripura


“Layaknya sebuah sumur tua yang penuh lumut. Madakaripura tampak begitu angker ditengah-tengah kerumunan hutan hujan tropis yang lebat. Terus menderu dalam debit air, basah oleh hujan dan liar dalam kesemrawutan alam. Inilah tempat terakhir Mahapatih Gajah Mada bertapa sebelum Ia akhirnya mati muksa dalam sebuah ruang dibalik air terjunnya.”


Probolinggo
06 Januari 2010


Tim Ekspedisi : Andy Supertramp, Aqil, Faliz, Susilo, dan Niko

Kami berangkat ke Probolinggo Tgl.05 Januari 2010, pukul 22.00 kami langsung tancap gas dari basecamp rumah Niko. Mampir ke Denali Adventure untuk beli sekotak parafin, menjemput Faliz. Lalu berangkat langsung ke Probolinggo. Tujuan awal kami adalah mencuri Sunrise di Pananjakan, Bromo. Sambil mencoba teknik foto Strobizz ala Aqil. hehehehe..

Pukul 03.00 kami tiba di gerbang tiket bromo, menguurus retribusi dan segera melakukan rally di lautan pasir. Dalam ekspedisi kali ini, saya mendapat sponsor + akomodasi dari susilo, sebab dia ingin diantarkan menjelajah ke Bromo (Thank you Susilo, heheh). Kebetulan ini adalah pengalaman pertama bagi keempat temanku, sebab sebelumnya mereka belum pernah berkunjung kemari.

Angin dingin khas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru langsung menyapa kami dalam dinginnya malam itu. Teman-teman sempat terkejut ketika melewati trek berpasir di sekitaran gunung Bromo hingga kesulitan mengemudikan kendaraannya. Untung saja, hujan semalam membuat pasir jadi agak padat dan basah, sehungga tidak terlalu susah untuk dilewati. Tidak sampai stengah jam, medan lautan pasir sudah berhasil kami lewati; kini jalan aspal berlubang bukit pananjakan menyambut kami. Dan langsung saja kami lahap trek yang menanjak terjal itu. Trek memang berat dan memaksa rekan kami yang duduk diboncengan untuk turun dibeberapa titik sebab sepeda motor sudah tak sanggup lagi dipaksa menanjak.

Kira kira pukul 04.00 kami tiba di puncak pananjakan, langsung berburu spot untuk mencuri sunrise terindah. Untung saja, cuaca pagi itu tidak mendung, dan tidak terlalu banyak turis disini. Jadi kami bisa leluasa berfoto. Petualangan kali ini adalah yang ke-5 kalinya bagiku berkunjung ke Bromo. Dalam kejauhan, tampak semeru masih saja tegak dengan angkuhnya. Yah, Mahameru, kami rindu padamu……. semoga, masih ada kesempatan lagi bagi kami untuk bisa berdiri dengan bangga dipuncakmu.

Setelah puas berfoto, kami turun. Tidur sejenak di pos Persimpangan jalur probolinggo dan pasuruan, lalu turun lagi ke lautan pasir untuk selanjutnya menuju spot berikutnya, Madakaripura. Tetapi, eksotisme lautan pasir memang menyuguhkan suatu pemandangan dan sensasi tersendiri bagi setiap pelancong. Seolahsebuah  magnet besar, kami pun dibuat tak kuat menahan hasrat untuk berfoto-foto disana.

Pukul 09.00 perjalanan dilanjutkan ke Madakaripura. Trek ke Madakaripura sesungguhnya sangatlah mudah, kalau dari Bromo, kita tinggal mengikuti trek turun saja. Setelah sampai di persimpangan jalur Probolinggo atau Surabaya, kita pilih yang arah ke Surabaya. Tinggal ikuti jalur, hingga terlihat plang besar menuju Ke arah Madakaripura.

Madakaripura

Tak perlu khawatir, Plang madakripura cukup besar, kita pasti akan melihatnya. Sesuai dengan instruksi di plang; kita harus belok kiri…..tertulis 4km jaraknya. Tapi itu hanya tipuan, jarak sebenarnya kurang lebih 10 km-lah. Kita akan menyusuri jalanan sempit yang naik-turun menusuri perkebunan warga. Setelah sampai di pertigaan berikutnya, Ada plang lagi; arah ke Madakaripura belok ke kanan.

Jalanan desa yang berkelok-kelok menjadi santapan perjalanan kami. Oh iya, persiapkan kondiso kendaraan anda, angin ban, juga bensin. Sebab sepanjang trek tak akan kita temui bengkel, Tambal ban atau Pom bensin.Hutan-hutan disekitar sini masih tergolong lebat, warna hijau seakan mendominasi. Bahkan, masih terlihat sisi – sisa bekas penebangan hutan secara liar oleh warga sekitar untuk dibuka menjadi lahan baru. Sangat disayangkan.

Setelah perjalanan sekitar 30 menit. Sebuah gerbang retribusi menyambut kami. Dari sini; jarak ke parkiran Madakaripura masih sekitar 300 meter. Kami titipkan sepeda di tukang parkir, mempersiapkan diri dan langsung tancap ke lokasi air terjun. Pada awalnya; kami sempat bingung, yang mana treknya….sebab, sebelumnya tak ada yang pernah kesini. Tiba-tiba seorang penduduk lokal menawarkan jasa sebagai Guide pada kami. Karena isi kantong yang sudah pas-pasan, kami menolaknya dengan halus. Kami memilih menjelajahinya sendiri saja. Namanya saja objek wisata, mana mungkin treknya sesusah seperti digunung.

Ternyata, treknya putus-putus oleh sapuan banjir bandang dan longsor. Maka terpaksa di beberapa titik kami harus turun menyusuri sungai yang berbatu besar-besar untuk menemukan treknya kembali. Tapi, tenang saja; cukup mudah kok.  Tak perlu bingung, kita buntuti saja aliran sungai, pasti nanti akan ketemu dengan air terjunnya; sebab sungai ini alirannya juga berasal dari air terjun Madakaripura.

Ditengah-tengah perjalanan, kondisi vegetasi hutan makin lebat dan lembab. Alamnya begitu liar seakan tak pernah tersentuh peradaban. Masih alami sekali….inilah yang aku suka. Ada juga gubuk-gubuk bekas stand orang jualan makanan, dan bangunan toilet, tapi kelihatannya sudah lama tidak pernah dipakai lagi. Kami terus berjalan mengikuti trek, Hingga kira-kira jarak 1 km dari pintu masuk kami disuguhi oleh pemandangan yang begitu indah, Tebing-tebing menjulang tinggi dan ditumbuhi penuh oleh lumut, diselah-selahnya air meresep menggericik turun menghujani kami. Trek habis sampai disini, selanjutnya kami harus benar-benar menyusuri sungai yang airnya coklat.

Air terjun mulai terlihat menyembur dari sela-sela tebing tinggi berlumut hijau. Tidak hanya satu, mungkin lebih dari tiga air terjun menggerojok dari ketinggian 50 meter disepanjang trek, menghujani daerah dibawahnya, seperti sebuah koridor panjang sebelum menuju ke air terjun utamanya. Siapapun akan basah ketika melewati ini. Guyuran bulir-bulir air seolah mensucikan kami pagi itu sebelum memasuki kawasan Pertapaan Sang Mahapatih Gajah Mada.

Awalnnya, kami sempat merasa ketakutan ketika melewatinya, karena susananya begitu suram dan angker, tak henti baca-bacaan lafal terucap lirih di hati kami sepanjang melewati trek itu. Gelondongan kayu-kayu besar berceceran disepanjang sungai. Mungkin terbawa arus banjir bandang dari atas. Terbayang dalam benak kami, seandainya saja tiba-tiba tempat ini longsor, entah bagaimana nasib kami. Tak akan bisa keluar pastinya.

Belok ke kanan, baru kami bisa melihat air terjun utamanya, yang disebut Madakaripura. Tempat pertapaan Sang mahapatih dari Majapahit. Ucapan Subhanallah berkumandang diantara kami, melihat kebesaran Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ini. Seperti sebuah ceruk sumur tua raksasa, dan kami ada didalamnya. Kami semua basah dikalah itu; basah oleh air muka rasa takjub manusia.

Inilah Ciptaan-Nya, yang sanggup membuat manusia-manusia sombong dari kota ini tak berhenti berdecak kagum melihat eksotisme alamnya. Diatas kami, sebuah air terjun menggeluyurkan debitnya dari ketinggian sekitar 100 meter lebih. Sungguh indah luar biasa. Kami semua terkesima. Kami letakkan beban, mengambil kamera, berpose dan berfoto. Mengabadikan momen-momen indah ini. Momen indah bersama sang alam.

Memang benar-benar seperti sumur, dan kita ada di dsarnya bersama batu-batu gunung. Inilah Air terjun Madakaripura. Disamping-samping air terjun utamanya, kami melihat beberapa rembesan air tanah dari tebing juga tak mau kalah menciptakan air terjun-air terjun yang tak kalah indah. Buih-buih air yang disapu angin tak henti membasahi wajah dan kamera kami.

Sayang sekali, kami kesini pas musim hujan, lumpur turut turun bersama air terjun; membuat sungainya berwarna coklat keruh. Dan, kami pun menegok ke arah jalan masuk kami, sungguh luar biasa, kami serasa baru saja melalui alam lain, seolah berada di The Lost World yang belum pernah diketemukan sebelumnya. Sebuah gerbang hijau yang luar biasa indah ternyata baru saja kami lewati tadi.

Kalau kata salah seorang Guide yang ada disitu mengantarkan tamunya, tempat pertapaan Sang Mahapatih Gajah Mada ada dibalik air ada digua dibalik air terjun utamanya. Tak ada dari kami yang berani mencoba menyebrang kesana; entahlah…..nyali kami masih berkata tidak waktu itu. Selain itu, kata Pemandu, sangat berbahaya sekali disana, sebab, dibawah air terjun persis, airnya sangat dalam, kurang lebih sekitar 7 meteran. Dan ada pusaran air disana, jadi kita harus benar-benar ada persiapan terlebuh dahulu kalau memang ingin membuka tabir ekspedisi kesana.

Kami cuma berfoto sambil main air disekitaran sungai. Tak berani terlalu ketengah. Setelah puas berfoto, kami-pun balik, dan langsung memacu sepeda motor ke Surabaya, menjalani kehidupan kembali sebagai manusia tanah rata.

Wah, sungguh sebuah sajian visual baru bagi kami. Sangat menantang adrenaline.  Madakaripura, biarkan tetap liar dan alami dalam balutan hijau. Karena, generasi berikutnya, juga masih punya hak untuk menyaksikan semua keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini.

Tolong Tetap Lestarikan!!

Andy Supertramp


Detail Perjalanan Via Surabaya

Surabaya – Probolinggo (Tongas)             3 jam
Tongas – Pertigaan Madakaripura            1 Jam
Pertigaaan – Madakaripura                         45 menit
Treking ke air terjun (1 km)                        30 menit

Detail perjalanan Via Bromo

(Ambil arah Surabaya)
Bromo – Pertigaaan Madakaripura           30  menit
Pertigaan – Madakaripura                            45 menit
Treking ke air terjun   (1jam)                       30 menit

Retribusi Tiket                           Rp.3000/orang
Parkir                                            Rp.2000/spd motor
Bea Cuci Motor                         Rp.3000/spd motor

Tips Perjalanan
– Usahakan memakai sandal gunung, jangan memeakai sepatu. sebab perjalanan kita nanti akan menyusuri sungai
– Bawa pakaian ganti
– Bawa perbekalan dan air minum selama perjalanan ke air terjun
– Bawa perlengkapan P3k
– Sediakan uang lebih; untuk biaya Guide (bila perlu) dan antispasi pungutan-pungutan liar dari penduduk lokal
-Kalau bisa, jangan berkunjung dikala musim hujan, sebab lokasi rawan longsor. Berbahaya!!
-Persiapkan mental dan fisik anda, sebab medan masih benar-benar sangat alami.
– Hati-hati kawand,

14 responses to “Air Terjun Madakaripura

  1. siiiiiiiiip es besooooooook akuw kesana bersama dengan deny dan rombongan teman – teman,. . .

    tapi bahaya gak treknya kalo bawa 20 org,…

    • kalo bisa sih…tahan dl hasratnya bang selama musim hujan. Soalnya lokasi sangat rawan longsor boy……,
      mendingan pas musim panas nanti puas-puasin lah…
      bahaya polahe nek ujan”an….ndut

      • akhirnya ane ke madakaripura,. . .
        sempat terjadi insiden kecil, 2 sepeda sempat terjatuh dan mogok, gara2 terpeleset tanah merah bekas longsoran yang licin terkena hujan, hhehhehhe tapi alhamdulilah motor masih bisa di kendarai, trus sempet terjadi insiden kecil pas waktu pulang, penduduknya ngak tauw aturan, masik motor km di cuci trus ngak pakai ngomong, be, …kantong kami udah kerih eh di tambahi derita itu, padahal kami ke madakaripura pakek uang patungan seribuan, wewewesss, susah….hhahhahhahhahhahhaaaaaaa,….tapi asiiiiiiiiiiiiiik thanks infonya ndi tentang adanya madakaripura

      • hahahahaaa……asikk kann!!
        sippp ndut..
        kalao masalah penduduk lokal sana…g masalah lah, anggap aja kita amal, mau dibikin bagaimana pun juga, pasti mereka yang menang…lah wong kita pendatang…

        terus lanjutkan bro…

  2. qta ma tim alfamart mau coba tlusuri jejak ke madangkalipura demi kebersaman dan solitnya tim,pertengan bulan maret

  3. Pingback: My blogs reviews in 2010 « Andy's note·

Leave a reply to rocker ganteng Cancel reply